Saudara muslimku calon penghuni
sorga, kali ini kita akan membahas tentang Cara menghilangkan sifat egois dalam
Islam. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.
Cara
menghilangkan sifat egois dalam Islam
"Dia (Muhammad) bermuka masam
dan berpaling, sebab telah datang seorang buta kepadanya, tahukah kalian
barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).... (Qs. ‘Abasa : 1-4)"
Dalam
serapan asing dan bahasa Indonesia, kata egois berarti orang yang mementingkan
diri sendiri, tidak peduli akan orang lain atau masyarakat. Dalam kamus bahasa
Indonesia online, egois berarti tingkah
laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri dari pada
untuk kesejahteraan orang lain atau segala perbuatan dan tindakan selalu
disebabkan oleh keinginan untuk menguntungkan diri sendiri.
Ketika
ada orang yang lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri ketimbang orang
lain, maka kita sebut ia adalah orang egois. Begitu juga, saat ada orang yang
selalu ingin menang sendiri, kita sebut orang itu dengan sebutan yang sama,
yaitu egois. Pernahkah kita melalukan tindakan yang menurut orang lain itu
egois? Padahal dalam diri kita sendiri, tindakan itu sama sekali bukan egois.
Tak
jarang keegoisan seseorang membuat orang lain menjadi benci pada dirinya,
bahkan tidak sedikit pula yang memusuhinya. Ketika awal mula berteman, sifat
keegoisannya belum kelihatan, tetapi setelah lama-kelamaan akhirnya tahu juga
bahwa sang teman mempunyai sifat egois. Tentu yang dilakukan adalah menjaga
jarak dari sang teman atau memilih tidak menjadi temannya lagi.
Coba
kita bayangkan jika keegoisan tumbuh dalam sebuah keluarga. Biasanya, saat
masih menjadi suami-istri baru, sifat
egois tidak kelihatan, tetapi seiring berjalannya waktu akhirnya kelihatan
juga. Jika tidak pintar dalam menyikapinya bisa dipastikan hubungannya tidak
bertahan lama, dan berakhir dengan perceraian.
Nabi Pernah Egois
Semua manusia pernah egois, tetapi
kadang secara sadar atau pun tidak sadar tidak merasa melakukannya. Menurut
sebuah riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari, demikian juga
riwayat dari Ibnu Abi Hatim, yang diterima dari Ibnu Abbas : “Sedang Rasûlullâh
menghadapi beberapa orang terkemuka Quraisy, yaitu Utbah bin Rabi’ah, Abu Jahal
dan Abbas bin Abdul Muthalib dengan maksud memberi keterangan kepada mereka
tentang hakikat Islam agar mereka sudi beriman. Pada waktu yang sama, masuklah
seoranglaki -laki buta, yang dikenal namanya dengan Abdullah bin Ummi Maktum”.
Dia
masuk ke dalam majelis dengan tangan meraba-raba. Sejenak Rasûlullâh terhenti
bicara, Ibnu Ummi Maktum memohon kepada Nabi agar diajarkan padanya beberapa
ayat al-Qur’an. Beliau merasa terganggu sebab sedang menghadapi pemuka-pemuka
Quraisy, kelihatanlah wajah beliau masam menerima permintaan Ibnu Ummi Maktum,
sehingga perkataannya itu seakan-akan tidak beliau dengarkan. Beliau terus juga
menghadapi pemuka-pemuka Quraisy itu. Akhirnya Allâh menurunkan surat
‘Abasa yang artinya : Dia (Muhammad)
bermuka masam dan berpaling, sebab telah datang seorang buta kepadanya, tahukah
kalian barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).... (Qs.
‘Abasa : 1-4)
Setelah
ayat itu turun, sadarlah Rasûlullâh saw akan kekhilafannya itu. Lalu segera
beliau hadapilah Ibnu Ummi Maktum dan beliau perkenankan apa yang ia minta.
Ibnu Ummi Maktum pun menjadi seorang yang sangat disayangi oleh Rasûlullâh saw.
Allâh swt begitu halus mengingatkan Rasûlullâh saat beliau sedikit saja
melakukan kesalahan, sebab menurut Rasûlullâh melobi para pembesar Quraisy
lebih penting dibandingkan dengan melayani Ibnu Ummi Maktum.
Tipe Egois
Sikap egois bisa kita temukan dimana
pun, lebih tepatnya adalah dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satu ciri
orang yang egois; Mendustakan ayat-ayat Allâh, ingin menang sendiri, suka
mengatur tapi tidak mau diatur, dan keras kepala.
Pertama,
mendustakan ayat-ayat Allâh swt. Dalam hal ini cakupannya sangat luas sekali.
Orang kafir bisa dikategorikan orang yang egois, sebab mereka enggan memeluk
islam. Padahal agama Islam adalah agama penyempurna bagi agama sebelumnya.
Sehingga jelaslah bahwa mereka adalah orang-orang yang bisa dikatakan orang
yang super egois.
Orang yang mengaku muslim (orang
Islam) tetapi tidak melaksanakan perintah-perintah Allâh maka termasuk ke dalam
orang-orang egois. Misalnya saja tidak melaksanakan sholat lima waktu, dan
amalan-amalan yang lain yang Allâh perintahkan, serta tidak meninggalkan apa
yang Allâh larang, misalnya mabuk-mabukan, berfoya-foya, dan lain sebagainya.
Pengertian egois yang dimaksud di
sini, yaitu mereka egois pada dirinya sendiri dan seolah tidak peduli dengan
pahala dan ancaman Allâh swt. Padahal akibat ke-egois-an merekalah Allâh swt
memberikan sebuah peringatan melalui tentara-tentaranya. Misalnya saja Allâh
mengirimkan tentara air, tanah, angin, dan sebagainya. Sehingga timbullah banjir,
angin puting beliung, longsor, gempa bumi dan lainnya.
Kedua,
ingin menang sendiri. Menang dan kalah dalam sebuah pertandingan adalah hal
yang lumrah. Menjadi bermasalah saat ada orang yang ingin menang sendiri, tidak
mau kalah. Untuk apa menang kalau tidak sportif, menang seperti ini sama saja
kalah. Tentu, kemenangan sesungguhnya adalah menang yang diperoleh dengan
secara sportif, tentu cara seperti ini lebih terhormat. Akibat sifatnya inilah
biasanya seseorang dijauhi serta di musuhi teman-temannya.
Orang yang ingin menang sendiri
biasanya tidak peduli dengan apa yang ia lakukan, walaupun itu sebetulnya
salah. Untuk itu berhati-hatilah bila mempunyai teman yang seperti ini. Sedini
mungkin untuk diingatkan sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Jika
bukan anda sebagai sahabatnya, maka siapa lagi.
Ketiga,
suka mengatur tapi tidak mau diatur. Seorang pemimpin dituntut untuk mampu
memimpin bawahannya. Tetapi masa menjadi seorang pemimpin itu ada batas dan
jangka waktunya. Ketika menjadi seorang pemimpin ia bisa mengatur anggotanya
seperti apa yang diinginkan. Tetapi saat masa jabatannya habis, ia kembali
menjadi anggota, maka harus siap diatur pemimpin yang baru. Sama seperti
dirinya mengatur saat menjadi pimpinan.
Saat ini, banyak sekali kita temukan
orang-orang yang siap memimpin tetapi tidak siap dipimpin. Ketika ia sudah
tidak lagi memegang jabatan sebagai pemimpin, ia memilih keluar. Inilah potret
yang saat ini terjadi dan sudah membudaya. Akhirnya bermusuhan dan saling
menjatuhkan satu sama lain, sehingga perseteruan ini tanpa akhir alias jadi
“musuh bebuyutan”.
Keempat,
keras kepala. Keras kepala identik dengan sebutan kepala batu, artinya isi
kepalanya sangat keras sehingga sangat sulit untuk dihancurkan. Orang berkepala
batu yaitu orang yang tidak bisa menerima masukan dari orang lain. Orang yang
berkepala batu biasanya berpasangan dengan muka tembok dan keras hati. Jika
tiga unsur ini sudah menyatu, maka sangat sulit untuk mengubahnya apa lagi
untuk diingatkan.
Orang yang keras kepala pada masa
Nabi Musa as adalah Fir’aun, dan akhirnya Allâh swt tenggelamkan Fir’aun dan
tentaranya di tengah lautan. Tak hanya itu, pada masa Nabi Nuh as. umatnya juga
sangat keras kepala. Sehingga Allâh swt mengirimkan banjir bandang yang sangat
dahsyat, sehingga tidak ada yang selamat dari umatnya Nabi Nuh walaupun pun
mereka lari ke atas gunung. Kecuali yang ikut naik kapal dengan Nabi Nuh as
mereka selamat.
Cara menghilangkan sifat egois dalam Islam
Pribadi egois adalah pribadi yang
melihat segala sesuatu dari kacamatanya. Dia tidak bisa memahami pikiran orang,
perasaan orang, dan selalu menuntut orang untuk mengikuti pendapatnya. Pribadi
egois juga pribadi yang mementingkan dirinya sendiri, ia tidak bisa
mempertimbangkan kebutuhan orang, senantiasa mengedepankan kebutuhannya di atas
kebutuhan orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa pribadi yang
egois adalah pribadi yang susah sekali untuk tulus, sebab ujung-ujungnya untuk
kepentingannya sendiri.
Ada beberapa tips untuk menghilangkan
sifat egois:
1. Selalu berpikiran baik (husnudzhon)
pada orang lain, jangan biarkan pikiran negatif masuk kepikiranmu.
2. Jangan suka membanding-bandingkan
diri kita dengan orang lain.
3. Kembangkan empati kita pada orang
lain.
4. Kembangkan sikap melayani dan
mendahulukan kepentingan orang lain.
5. Perbanyaklah senyum, ingat selalu
bahwa senyum itu ibadah.
Sekali lagi, semua kembali ke diri
kita masing-masing. Dan jangan lupa berdo’a kepada Allah agar hati kita dapat
di kontrol dan kita selalu diberikan hidayah-Nya. Karena hanya Allah yang dapat
membolak-balikkan perasaan manusia.
Penutup
Egois adalah sifat yang tumbuh alami
dari dalam diri manusia. Karena saking alaminya, sampai manusia tidak menyadari
kehadiran sifat egois itu sendiri. Sampai sekarang pun belum ada obat yang bisa
menghilangkan sifat egois dari dalam diri manusia. Obat yang dicari adalah bukan obat berbentuk
kapsul atau tablet, bukan pula berbentuk sirup yang diberikan oleh sang dokter.
Rasûlullâh SAW bersabda : "Kita
baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang
lebih besar...’, yang membuat para Sahabat terkejut dan bertanya,
"Peperangan apakah itu wahai Rasûlullâh ?"Rasûlullâh berkata,
"Peperangan melawan hawa nafsu." (Riwayat Al Baihaqi)
Perang melawan hawan nafsu adalah
perang yang sesungguhnya. Filsafat kuno juga menyebutkan, musuh terbesar adalah
diri sendiri. Karena dalam diri manusia
terdapat sifat-sifat buruk. Amarah, dendam, iri, dan benci adalah contoh sifat
manusia buruk. Begitu juga dengan egois. Untuk itu, melawan musuh yang ada
dalam diri sendiri sangat sulit.
Maka sebenarnya, saat ini secara
tidak langsung kita sedang berperang melawan diri sendiri. Berperang melawan
sifat sifat buruk yang timbul secara alami di dalam diri kita. Mungkin hanya
kebesaran iman kitalah yang mampu melawan itu semua. Hanya imanlah yang mampu
menjadi obat penawarnya untuk melawan egois itu. Abu Bakar Al-Warraq berkata :“Jika hawa nafsu
mendominasi, maka hati akan menjadi kelam, Jika hati menjadi kelam, maka akan
menyesakkan dada. Jika dada menjadi sesak, maka akhlaknya menjadi rusak. Jika
akhlaknya, maka masyarakat akan membencinya dan iapun membenci mereka”.
Dengan mengedepankan iman, tentu
sifat-sifat egois yang terdapat dalam diri kita akan bisa diredam. Bantuan
Allâh swt lah yang menjadi tumpuan terakhir agar kita terbebas dari sifat-sifat
buruk itu, dan selalu dalam bimbingan-NYA. Semoga kita termasuk kedalam
hamba-hamba yang mendapat perlindungan Allâh swt. Amîn Sumber :
http://pesantren.uii.ac.id https://hidayah18.wordpress.com
Sumber
:
http://pesantren.uii.ac.id
No comments:
Post a Comment