SINDROMA GANGGUAN PERNAFASAN DAN PERDARAHAN TALI PUSAT
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN) merupakan salah satu indicator status kesehatan
masyarakat. Kesepakatan global Millenium
Development Goals (MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan AKB dan Angka
Kematian Balita menurun dua-pertiga menurun dalam kurun waktu 1990-2015.
Berdasarkan hal itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKB dari 68
menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.1
Dewasa ini AKB di Indonesia masih sangat
tinggi dibandingkan Negara ASEAN lainnya. Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007, AKB 34/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19/1000 kelahiran
hidup. Penting diketahui adalah kenyataan bahwa penvumbang terbesar dari (Infant Mortality Rate) IMR tersebut
berasal dari kelompok neonatus risiko
tinggi.1
Neonatus adalah
masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari dari kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan
organ hampir pada semua sistem. Neonatus
mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba
tergantung pada ibu (intrauterin)
menjadi kehidupan diluar rahim (ekstrauterin)
yang serba mandiri.2
Masa transisi adalah fase kritis bagi
kehidupan bayi. Bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati masa
tersebut dengan baik. Sebaliknya, bagi yang dilahirkan dalam keadaan belum siap
(prematur) ataupun bayi yang
lahir disertai penyulit atau komplikasi, tentunya proses adaptasi kehidupan
tersebut menjadi lebih sulit untuk dilalui. Bahkan, seringkali menjadi pemicu
timbulnya komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu
melanjutkan kehidupan ke fase lanjut atau meninggal. Bayi dengan keadaan ini
sering disebut dengan istilah neonatus
risiko tinggi.2
Neonatus risiko
tinggi adalah bayi baru lahir yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain dan pada umumnya risiko
tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari. Istilah neonatus risiko tinggi digunakan
untuk menyatakan bahwa neonatus memerlukan
perawatan dan pengawasan yang ketat. Pengawasan dapat dilakukan beberapa jam
sampai beberapa hari. Hal ini disebabkan kondisi atau keadaan neonatus yang berhubungan dengan
kondisi kehamilan, persalinan, dan penyesuaian dengan kehidupan diluar rahim.
Penilaian dan tindakan yang tepat pada bayi risiko tinggi sangat penting karena
dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yang dapat menimbulkan
cacat atau kematian.2
Neonatus risiko
tinggi sering diklasifikasikan berdasarkan berat badan lahir, umur kehamilan
dan adanya masalah patofisiologi yang menyertai neonatus tersebut. Secara umum, masalah patofisiologi berkaitan
erat dengan status kematangan neonatus
dan gangguan kimia. Adapun macam neonatus
risiko tinggi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), asficsia neonatorum, sindrom gangguan
pernafasan, icterus, perdarahan
tali pusat, kejang, hypotermi,
hypertermi, hypoglikemia dan tetanus
neonatorum.3
Penyebab tidak langsung kematian
neonatal yang paling penting adalah BBLR
yang berhubungan dengan lahir prematur dan IUGR. Di seluruh dunia,
hampir sepertiga kematian neonatal berhubungan langsung dengan kelahiran
prematur. Dari 16% bayi lahir BBLR, sekitar 60 – 80% mengalami kematian pada
periode neonatal.3
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah
satu penyebab utama mortalitas pada bayi. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan
bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang
menjadi penyebab kematian terbanyak adalah afiksia, BBLR dan infeksi.4
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
BBLR yaitu usia ibu, paritas, ras, jarak kelahiran terlalu dekat, BBLR pada
anak sebelumnya dan penyakit akut dan kronik yang dialami ibu. Kebiasaan buruk
ibu yang dilakukan selama masa kehamilan seperti, merokok dan minum alkohol
juga dapat menyebabkan kehamilan. Faktor lain yang mempengaruhi BBLR adalah
preeklamsia, kehamilan ganda, infeksi bawaan pada janin dan kelainan kromosom.5
Sindrom
gawat nafas neonatus merupakan suatu sindrom yang sering ditemukan pada
neonatus dan menjadi penyebab morbiditas utama pada bayi berat lahir rendah
(BBLR);1-12 sehingga SGNN disebut juga sebagai penyakit membran hialin (PMH)
karena PMH merupakan bagian terbesar darisindrom gawat nafas pada masa
neonatus.1-11 Penyakit membran hialin umumnya terjadi pada bayi prematur. Angka
kejadian PMH pada bayi yang lahir dengan masa gestasi 28 minggu sebesar
60%-80%, pada usia kelahiran 30 minggu adalah 25%, sedang pada usia kelahiran
32-36 minggu sebesar 15-30%, dan pada bayi aterm jarang dijumpai.2-10 Di negara
maju PMH terjadi pada 0,3-1% kelahiran hidup dan merupakan 15-20% penyebab
kematian neonatus.2,5 Di Amerika Serikat diperkirakan 1% dari seluruh kelahiran
hidup, yang artinya 4000 bayi mati akibat SGNN setiap tahunnya.4,5 Di
Indonesia, dari 950.000 BBLR yanglahir setiap tahun diperkirakan 150.000 bayi
di antaranya menderita SGNN, dan sebagian besar berupa PMH.6
Selama
kehamilan, tali pusat berfungsi sebagai penghubung kehidupan antara ibu dan
anak. Setelah bayi dilahirkan, darah tali pusat yang terdapat pada tali pusat
dapat memberikan harapan pada anak dan keluarga lainnya.6
Bahaya
yang terjadi akibat tidak mengikat tali pusat adalah darah banyak keluar dari
ujung tali pusat, meskipun lama-lama akan membeku dan berhenti sendiri dengan risiko
terjadi ikterus pada bayi.6
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang yang dimaksud neonatus
dengan resiko tinggi?
2.
Apa saja kategori neonatus dengan
resiko tinggi?
3.
ApaPengertiandanpenanganan
BBLR?
4.
Apa
pengertian dan penanganan sindrom pernafasan?
5.
Apa pengertian dan penanganan
perdarahan tali pusat?
C. TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Mengetahui tentang BBLR, Sindroma Gangguan Pernafasan
dan Perdarahan Tali Pusat pada bayi
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mengetahui pengertian BBLR
b.
Mengetahui pengertian sindroma
pernafasan
c.
Mengetahui pengertian perdarahan
tali pusat
d.
Mengetahui penanganan bayi dengan
BBLR
e.
Mengetahui penanganan bayi dengan
sindroma gangguan pernafasan
f.
Mengetahui penanganan bayi dengan
perdarahan tali pusat
D. MANFAAT
a.
Bagi penulis
Sebagai
referensi dan bahan pertimbangan khususnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa
.
b.
Bagi Institusi
Sebagai
bahan informasi dan masukan bagi institusi dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa
c.
Bagi Pihak Lain
Hasil dari pembuatan
makalah ini diharapkan dapat menjadikan informasi dengan referensi bacaan
makalah lain yang akan membuat makalah dengan topic yang sejenis.BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN) merupakan salah satu indicator status kesehatan
masyarakat. Kesepakatan global Millenium
Development Goals (MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan AKB dan Angka
Kematian Balita menurun dua-pertiga menurun dalam kurun waktu 1990-2015.
Berdasarkan hal itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKB dari 68
menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.1
Dewasa ini AKB di Indonesia masih sangat
tinggi dibandingkan Negara ASEAN lainnya. Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007, AKB 34/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19/1000 kelahiran
hidup. Penting diketahui adalah kenyataan bahwa penvumbang terbesar dari (Infant Mortality Rate) IMR tersebut
berasal dari kelompok neonatus risiko
tinggi.1
Neonatus adalah
masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari dari kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan
organ hampir pada semua sistem. Neonatus
mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba
tergantung pada ibu (intrauterin)
menjadi kehidupan diluar rahim (ekstrauterin)
yang serba mandiri.2
Masa transisi adalah fase kritis bagi
kehidupan bayi. Bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati masa
tersebut dengan baik. Sebaliknya, bagi yang dilahirkan dalam keadaan belum siap
(prematur) ataupun bayi yang
lahir disertai penyulit atau komplikasi, tentunya proses adaptasi kehidupan
tersebut menjadi lebih sulit untuk dilalui. Bahkan, seringkali menjadi pemicu
timbulnya komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu
melanjutkan kehidupan ke fase lanjut atau meninggal. Bayi dengan keadaan ini
sering disebut dengan istilah neonatus
risiko tinggi.2
Neonatus risiko
tinggi adalah bayi baru lahir yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain dan pada umumnya risiko
tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari. Istilah neonatus risiko tinggi digunakan
untuk menyatakan bahwa neonatus memerlukan
perawatan dan pengawasan yang ketat. Pengawasan dapat dilakukan beberapa jam
sampai beberapa hari. Hal ini disebabkan kondisi atau keadaan neonatus yang berhubungan dengan
kondisi kehamilan, persalinan, dan penyesuaian dengan kehidupan diluar rahim.
Penilaian dan tindakan yang tepat pada bayi risiko tinggi sangat penting karena
dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yang dapat menimbulkan
cacat atau kematian.2
Neonatus risiko
tinggi sering diklasifikasikan berdasarkan berat badan lahir, umur kehamilan
dan adanya masalah patofisiologi yang menyertai neonatus tersebut. Secara umum, masalah patofisiologi berkaitan
erat dengan status kematangan neonatus
dan gangguan kimia. Adapun macam neonatus
risiko tinggi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), asficsia neonatorum, sindrom gangguan
pernafasan, icterus, perdarahan
tali pusat, kejang, hypotermi,
hypertermi, hypoglikemia dan tetanus
neonatorum.3
Penyebab tidak langsung kematian
neonatal yang paling penting adalah BBLR
yang berhubungan dengan lahir prematur dan IUGR. Di seluruh dunia,
hampir sepertiga kematian neonatal berhubungan langsung dengan kelahiran
prematur. Dari 16% bayi lahir BBLR, sekitar 60 – 80% mengalami kematian pada
periode neonatal.3
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah
satu penyebab utama mortalitas pada bayi. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan
bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang
menjadi penyebab kematian terbanyak adalah afiksia, BBLR dan infeksi.4
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
BBLR yaitu usia ibu, paritas, ras, jarak kelahiran terlalu dekat, BBLR pada
anak sebelumnya dan penyakit akut dan kronik yang dialami ibu. Kebiasaan buruk
ibu yang dilakukan selama masa kehamilan seperti, merokok dan minum alkohol
juga dapat menyebabkan kehamilan. Faktor lain yang mempengaruhi BBLR adalah
preeklamsia, kehamilan ganda, infeksi bawaan pada janin dan kelainan kromosom.5
Sindrom
gawat nafas neonatus merupakan suatu sindrom yang sering ditemukan pada
neonatus dan menjadi penyebab morbiditas utama pada bayi berat lahir rendah
(BBLR);1-12 sehingga SGNN disebut juga sebagai penyakit membran hialin (PMH)
karena PMH merupakan bagian terbesar darisindrom gawat nafas pada masa
neonatus.1-11 Penyakit membran hialin umumnya terjadi pada bayi prematur. Angka
kejadian PMH pada bayi yang lahir dengan masa gestasi 28 minggu sebesar
60%-80%, pada usia kelahiran 30 minggu adalah 25%, sedang pada usia kelahiran
32-36 minggu sebesar 15-30%, dan pada bayi aterm jarang dijumpai.2-10 Di negara
maju PMH terjadi pada 0,3-1% kelahiran hidup dan merupakan 15-20% penyebab
kematian neonatus.2,5 Di Amerika Serikat diperkirakan 1% dari seluruh kelahiran
hidup, yang artinya 4000 bayi mati akibat SGNN setiap tahunnya.4,5 Di
Indonesia, dari 950.000 BBLR yanglahir setiap tahun diperkirakan 150.000 bayi
di antaranya menderita SGNN, dan sebagian besar berupa PMH.6
Selama
kehamilan, tali pusat berfungsi sebagai penghubung kehidupan antara ibu dan
anak. Setelah bayi dilahirkan, darah tali pusat yang terdapat pada tali pusat
dapat memberikan harapan pada anak dan keluarga lainnya.6
Bahaya
yang terjadi akibat tidak mengikat tali pusat adalah darah banyak keluar dari
ujung tali pusat, meskipun lama-lama akan membeku dan berhenti sendiri dengan risiko
terjadi ikterus pada bayi.6
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang yang dimaksud neonatus
dengan resiko tinggi?
2.
Apa saja kategori neonatus dengan
resiko tinggi?
3.
ApaPengertiandanpenanganan
BBLR?
4.
Apa
pengertian dan penanganan sindrom pernafasan?
5.
Apa pengertian dan penanganan
perdarahan tali pusat?
C. TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Mengetahui tentang BBLR, Sindroma Gangguan Pernafasan
dan Perdarahan Tali Pusat pada bayi
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mengetahui pengertian BBLR
b.
Mengetahui pengertian sindroma
pernafasan
c.
Mengetahui pengertian perdarahan
tali pusat
d.
Mengetahui penanganan bayi dengan
BBLR
e.
Mengetahui penanganan bayi dengan
sindroma gangguan pernafasan
f.
Mengetahui penanganan bayi dengan
perdarahan tali pusat
D. MANFAAT
a.
Bagi penulis
Sebagai
referensi dan bahan pertimbangan khususnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa
.
b.
Bagi Institusi
Sebagai
bahan informasi dan masukan bagi institusi dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa
c.
Bagi Pihak Lain
Hasil dari pembuatan
makalah ini diharapkan dapat menjadikan informasi dengan referensi bacaan
makalah lain yang akan membuat makalah dengan topic yang sejenis.