Wednesday 12 June 2019

MAKALAH KELAINAN KONGENITAL

SINDROMA GANGGUAN PERNAFASAN DAN PERDARAHAN TALI PUSAT

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan salah satu indicator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global Millenium Development Goals (MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan AKB dan Angka Kematian Balita menurun dua-pertiga menurun dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKB dari 68 menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.1
Dewasa ini AKB di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan Negara ASEAN lainnya. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKB 34/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19/1000 kelahiran hidup. Penting diketahui adalah kenyataan bahwa penvumbang terbesar dari (Infant Mortality Rate) IMR tersebut berasal dari kelompok neonatus risiko tinggi.1
Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu (intrauterin) menjadi kehidupan diluar rahim (ekstrauterin) yang serba mandiri.2
Masa transisi adalah fase kritis bagi kehidupan bayi. Bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati masa tersebut dengan baik. Sebaliknya, bagi yang dilahirkan dalam keadaan belum siap (prematur) ataupun bayi yang lahir disertai penyulit atau komplikasi, tentunya proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi lebih sulit untuk dilalui. Bahkan, seringkali menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke fase lanjut atau meninggal. Bayi dengan keadaan ini sering disebut dengan istilah neonatus risiko tinggi.2
Neonatus risiko tinggi adalah bayi baru lahir yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain dan pada umumnya risiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari. Istilah neonatus risiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa neonatus memerlukan perawatan dan pengawasan yang ketat. Pengawasan dapat dilakukan beberapa jam sampai beberapa hari. Hal ini disebabkan kondisi atau keadaan neonatus yang berhubungan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan penyesuaian dengan kehidupan diluar rahim. Penilaian dan tindakan yang tepat pada bayi risiko tinggi sangat penting karena dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.2
Neonatus risiko tinggi sering diklasifikasikan berdasarkan berat badan lahir, umur kehamilan dan adanya masalah patofisiologi yang menyertai neonatus tersebut. Secara umum, masalah patofisiologi berkaitan erat dengan status kematangan neonatus dan gangguan kimia. Adapun macam neonatus risiko tinggi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), asficsia neonatorum, sindrom gangguan pernafasan, icterus, perdarahan tali pusat, kejang, hypotermi, hypertermi, hypoglikemia dan tetanus neonatorum.3
Penyebab tidak langsung kematian neonatal yang paling penting adalah BBLR  yang berhubungan dengan lahir prematur dan IUGR. Di seluruh dunia, hampir sepertiga kematian neonatal berhubungan langsung dengan kelahiran prematur. Dari 16% bayi lahir BBLR, sekitar 60 – 80% mengalami kematian pada periode neonatal.3
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab utama mortalitas pada bayi. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah afiksia, BBLR dan infeksi.4
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR yaitu usia ibu, paritas, ras, jarak kelahiran terlalu dekat, BBLR pada anak sebelumnya dan penyakit akut dan kronik yang dialami ibu. Kebiasaan buruk ibu yang dilakukan selama masa kehamilan seperti, merokok dan minum alkohol juga dapat menyebabkan kehamilan. Faktor lain yang mempengaruhi BBLR adalah preeklamsia, kehamilan ganda, infeksi bawaan pada janin dan kelainan kromosom.5
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan suatu sindrom yang sering ditemukan pada neonatus dan menjadi penyebab morbiditas utama pada bayi berat lahir rendah (BBLR);1-12 sehingga SGNN disebut juga sebagai penyakit membran hialin (PMH) karena PMH merupakan bagian terbesar darisindrom gawat nafas pada masa neonatus.1-11 Penyakit membran hialin umumnya terjadi pada bayi prematur. Angka kejadian PMH pada bayi yang lahir dengan masa gestasi 28 minggu sebesar 60%-80%, pada usia kelahiran 30 minggu adalah 25%, sedang pada usia kelahiran 32-36 minggu sebesar 15-30%, dan pada bayi aterm jarang dijumpai.2-10 Di negara maju PMH terjadi pada 0,3-1% kelahiran hidup dan merupakan 15-20% penyebab kematian neonatus.2,5 Di Amerika Serikat diperkirakan 1% dari seluruh kelahiran hidup, yang artinya 4000 bayi mati akibat SGNN setiap tahunnya.4,5 Di Indonesia, dari 950.000 BBLR yanglahir setiap tahun diperkirakan 150.000 bayi di antaranya menderita SGNN, dan sebagian besar berupa PMH.6
Selama kehamilan, tali pusat berfungsi sebagai penghubung kehidupan antara ibu dan anak. Setelah bayi dilahirkan, darah tali pusat yang terdapat pada tali pusat dapat memberikan harapan pada anak dan keluarga lainnya.6
Bahaya yang terjadi akibat tidak mengikat tali pusat adalah darah banyak keluar dari ujung tali pusat, meskipun lama-lama akan membeku dan berhenti sendiri dengan risiko terjadi ikterus pada bayi.6

B.       RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang yang dimaksud neonatus dengan resiko tinggi?
2.    Apa saja kategori neonatus dengan resiko tinggi?
3.    ApaPengertiandanpenanganan BBLR?
4.    Apa pengertian dan penanganan sindrom pernafasan?
5.    Apa pengertian dan penanganan perdarahan tali pusat?

C.      TUJUAN
1.         Tujuan Umum
Mengetahui tentang BBLR, Sindroma Gangguan Pernafasan dan Perdarahan Tali Pusat pada bayi
2.         Tujuan Khusus
                                 a.          Mengetahui pengertian BBLR
                                b.          Mengetahui pengertian sindroma pernafasan
                                 c.          Mengetahui pengertian perdarahan tali pusat
                                d.          Mengetahui penanganan bayi dengan BBLR
                                 e.          Mengetahui penanganan bayi dengan sindroma gangguan pernafasan
                                 f.          Mengetahui penanganan bayi dengan perdarahan tali pusat

D.      MANFAAT
a.         Bagi penulis
Sebagai referensi dan bahan pertimbangan khususnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa
.
b.         Bagi Institusi
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi institusi dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa
c.          Bagi Pihak Lain
Hasil dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadikan informasi dengan referensi bacaan makalah lain yang akan membuat makalah dengan topic yang sejenis.BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan salah satu indicator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global Millenium Development Goals (MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan AKB dan Angka Kematian Balita menurun dua-pertiga menurun dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKB dari 68 menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.1
Dewasa ini AKB di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan Negara ASEAN lainnya. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKB 34/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19/1000 kelahiran hidup. Penting diketahui adalah kenyataan bahwa penvumbang terbesar dari (Infant Mortality Rate) IMR tersebut berasal dari kelompok neonatus risiko tinggi.1
Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu (intrauterin) menjadi kehidupan diluar rahim (ekstrauterin) yang serba mandiri.2
Masa transisi adalah fase kritis bagi kehidupan bayi. Bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati masa tersebut dengan baik. Sebaliknya, bagi yang dilahirkan dalam keadaan belum siap (prematur) ataupun bayi yang lahir disertai penyulit atau komplikasi, tentunya proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi lebih sulit untuk dilalui. Bahkan, seringkali menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke fase lanjut atau meninggal. Bayi dengan keadaan ini sering disebut dengan istilah neonatus risiko tinggi.2
Neonatus risiko tinggi adalah bayi baru lahir yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain dan pada umumnya risiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari. Istilah neonatus risiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa neonatus memerlukan perawatan dan pengawasan yang ketat. Pengawasan dapat dilakukan beberapa jam sampai beberapa hari. Hal ini disebabkan kondisi atau keadaan neonatus yang berhubungan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan penyesuaian dengan kehidupan diluar rahim. Penilaian dan tindakan yang tepat pada bayi risiko tinggi sangat penting karena dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.2
Neonatus risiko tinggi sering diklasifikasikan berdasarkan berat badan lahir, umur kehamilan dan adanya masalah patofisiologi yang menyertai neonatus tersebut. Secara umum, masalah patofisiologi berkaitan erat dengan status kematangan neonatus dan gangguan kimia. Adapun macam neonatus risiko tinggi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), asficsia neonatorum, sindrom gangguan pernafasan, icterus, perdarahan tali pusat, kejang, hypotermi, hypertermi, hypoglikemia dan tetanus neonatorum.3
Penyebab tidak langsung kematian neonatal yang paling penting adalah BBLR  yang berhubungan dengan lahir prematur dan IUGR. Di seluruh dunia, hampir sepertiga kematian neonatal berhubungan langsung dengan kelahiran prematur. Dari 16% bayi lahir BBLR, sekitar 60 – 80% mengalami kematian pada periode neonatal.3
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab utama mortalitas pada bayi. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah afiksia, BBLR dan infeksi.4
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR yaitu usia ibu, paritas, ras, jarak kelahiran terlalu dekat, BBLR pada anak sebelumnya dan penyakit akut dan kronik yang dialami ibu. Kebiasaan buruk ibu yang dilakukan selama masa kehamilan seperti, merokok dan minum alkohol juga dapat menyebabkan kehamilan. Faktor lain yang mempengaruhi BBLR adalah preeklamsia, kehamilan ganda, infeksi bawaan pada janin dan kelainan kromosom.5
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan suatu sindrom yang sering ditemukan pada neonatus dan menjadi penyebab morbiditas utama pada bayi berat lahir rendah (BBLR);1-12 sehingga SGNN disebut juga sebagai penyakit membran hialin (PMH) karena PMH merupakan bagian terbesar darisindrom gawat nafas pada masa neonatus.1-11 Penyakit membran hialin umumnya terjadi pada bayi prematur. Angka kejadian PMH pada bayi yang lahir dengan masa gestasi 28 minggu sebesar 60%-80%, pada usia kelahiran 30 minggu adalah 25%, sedang pada usia kelahiran 32-36 minggu sebesar 15-30%, dan pada bayi aterm jarang dijumpai.2-10 Di negara maju PMH terjadi pada 0,3-1% kelahiran hidup dan merupakan 15-20% penyebab kematian neonatus.2,5 Di Amerika Serikat diperkirakan 1% dari seluruh kelahiran hidup, yang artinya 4000 bayi mati akibat SGNN setiap tahunnya.4,5 Di Indonesia, dari 950.000 BBLR yanglahir setiap tahun diperkirakan 150.000 bayi di antaranya menderita SGNN, dan sebagian besar berupa PMH.6
Selama kehamilan, tali pusat berfungsi sebagai penghubung kehidupan antara ibu dan anak. Setelah bayi dilahirkan, darah tali pusat yang terdapat pada tali pusat dapat memberikan harapan pada anak dan keluarga lainnya.6
Bahaya yang terjadi akibat tidak mengikat tali pusat adalah darah banyak keluar dari ujung tali pusat, meskipun lama-lama akan membeku dan berhenti sendiri dengan risiko terjadi ikterus pada bayi.6

B.       RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang yang dimaksud neonatus dengan resiko tinggi?
2.    Apa saja kategori neonatus dengan resiko tinggi?
3.    ApaPengertiandanpenanganan BBLR?
4.    Apa pengertian dan penanganan sindrom pernafasan?
5.    Apa pengertian dan penanganan perdarahan tali pusat?

C.      TUJUAN
1.         Tujuan Umum
Mengetahui tentang BBLR, Sindroma Gangguan Pernafasan dan Perdarahan Tali Pusat pada bayi
2.         Tujuan Khusus
                                 a.          Mengetahui pengertian BBLR
                                b.          Mengetahui pengertian sindroma pernafasan
                                 c.          Mengetahui pengertian perdarahan tali pusat
                                d.          Mengetahui penanganan bayi dengan BBLR
                                 e.          Mengetahui penanganan bayi dengan sindroma gangguan pernafasan
                                 f.          Mengetahui penanganan bayi dengan perdarahan tali pusat

D.      MANFAAT
a.         Bagi penulis
Sebagai referensi dan bahan pertimbangan khususnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa
.
b.         Bagi Institusi
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi institusi dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa
c.          Bagi Pihak Lain
Hasil dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadikan informasi dengan referensi bacaan makalah lain yang akan membuat makalah dengan topic yang sejenis.

No comments:

Post a Comment